BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Penduduk Indonesia
adalah mereka yang tinggal di Indonesia pada saat dilakukan sensus dalam kurun
waktu minimal 6 bulan. Masalah kependudukan merupakan masalah umum yang
dimiliki oleh setiap negara di dunia ini. Secara umum, masalah kependudukan di
berbagai negara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dalam hal kuantitas/jumlah
penduduk dan kualitas penduduknya. Data tentang kualitas dan kuantitas penduduk
tersebut dapat diketahui melalui beberapa cara, diantaranya melalui metode
sensus, registrasi, dan survei penduduk.
Masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah
penduduk yang besar dan distribusi yang tidak merata. Hal itu dibarengi dengan
masalah lain yang lebih spesifik, yaitu angka fertilitas dan angka mortalitas
yang relatif tinggi. Kondisi ini dianggap tidak menguntungkan dari sisi
pembangunan ekonomi.. Hal itu diperkuat dengan kenyataan bahwa kualitas
penduduk masih rendah sehingga penduduk lebih diposisikan sebagai beban
daripada modal pembangunan. Logika seperti itu secara makro digunakan sebagai
landasan kebijakan untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk Secara mikro
hal itu juga digunakan untuk memberikan justifikasi mengenai pentingnya suatu
keluarga melakukan pengaturan pembatasan jumlah anak.
Pada awalnya masalah fertilitas lebih dipandang
sebagai masalah kependudukan, dan treatment terhadapnya dilakukan dalam rangka
untuk mencapai sasaran kuantitatif. Hal ini sangat jelas dari target atau
sasaran di awal program keluarga berencana dilaksanakan di Indonesia yaitu
menurunkan angka kelahiran total (TFR) menjadi separuhnya sebelum tahun 2000.
Oleh karena itu, tidaklah aneh apabila program keluarga berencana di Indonesia
lebih diwarnai oleh target-target kuantitatif. Dari sisi ini tidak dapat
diragukan lagi keberhasilannya.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
itu fertilitas ?
2. Apa
itu mortalitas ?
3. Apa
itu migrasi ?
1.3
TUJUAN
1. Mengetahui
tentang fertilitas.
2. Mengetahui
tentang mortalitas.
3. Mengetahui
migrasi.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Fertilitas
2.1.1
Pengertian Fertilitas
Fertilitas
merupakan kemampuan berproduksi yang sebenarnya dari penduduk (actual
reproduction performance). Atau jumlah kelahiran hidup yang dimiliki oleh
seorang atau sekelompok perempuan.
Kelahiran
yang dimaksud disini hanya mencakup kelahiran hidup, jadi bayi yang dilahirkan
menunjukan tanda-tanda hidup meskipun hanya sebentar dan terlepas dari lamanya
bayi itu dikandung.
Fertilitas
sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari
seseorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini
menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Fekunditas, sebaliknya, merupakan
potensi fisik untuk melahirkan anak. Jadi merupakan lawan arti kata sterilitas.
Natalitas mempunyai arti sama dengan fertilitas hanya berbeda ruang lingkupnya.
Fertilitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk sedangkan
natalitas mencakup peranan kelahiran pada perubahan penduduk dan reproduksi
manusia.
Istilah
fertilitias sering disebut dengan kelahiran hidup (live birth), yaitu terlepasnya
bayi dari rahim seorang wanita dengan adanya tanda-tanda kehidupan, seperti
bernapas, berteriak, bergerak, jantung berdenyut dan lain sebagainya. Sedangkan
paritas merupakan jumlah anak yang telah dipunyai oleh wanita. Apabila waktu
lahir tidak ada tanda-tanda kehidupan, maka disebut dengan lahir mati (still
live) yang di dalam demografi tidak dianggap sebagai suatu peristiwa
kelahiran.
Kemampuan
fisiologis wanita untuk memberikan kelahiran atau berpartisipasi dalam
reproduksi dikenal dengan istilah fekunditas. Tidak adanya kemampuan ini
disebut infekunditas, sterilitas atau infertilitas fisiologis.
Pengetahuan
yang cukup dapat dipercaya mengenai proporsi dari wanita yang tergolong subur
dan tidak subur belum tersedia. Ada petunjuk bahwa di beberapa masyarakat yang
dapat dikatakan semua wanita kawin dan ada tekanan sosial yang kuat terhadap
wanita/ pasangan untuk mempunyai anak, hanya sekiat satu atau dua persen saja
dari mereka yang telah menjalani perkawinan beberapa tahun tetapi tidak mempunyai
anak. Seorang wanita dikatakan subur jika wanita tersebut pernah melahirkan
paling sedikit seorang bayi.
Pengukuran
fertilitas lebih kompleks dibandingkan dengan pengukuran mortalitas (kematian)
karena seorang wanita hanya meninggal sekali, tetapi dapat melahirkan lebih
dari seorang bayi. Kompleksnya pengukuran fertilitas ini karena kelahiran
melibatkan dua orang (suami dan istri), sedangkan kematian hanya melibatkan
satu orang saja (orang yang meninggal). Seseorang yang meninggal pada hari dan
waktu tertentu, berarti mulai saat itu orang tersebut tidak mempunyai resiko
kematian lagi. Sebaliknya, seorang wanita yang telah melahirkan seorang anak,
tidak berarti resiko melahirkan dari wanita tersebut menurun.
2.1.2
Ukuran-Ukuran
Fertilitas Tahunan
1.
Tingkat Fertilitas Kasar (Crude Birth
Rate)
Tingkat
fertilitas kasar adalah banyaknya kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu
tiap 1.000 penduduk pada pertengahan tahun. Dalam ukuran CBR, jumlah kelahiran
tidak dikaitkan secara langsung dengan penduduk wanita, melainkan dengan
penduduk secara keseluruhan.
dimana:
CBR = Tingkat
Kelahiran Kasar
Pm
= Penduduk pertengahan tahun
k
= Bilangan konstan yang biasanya 1.000
B
= Jumlah kelahiran pada tahun tertentu
Adapun kelemahan
dalam perhitungan CBR yakni tidak memisahkan penduduk laki-laki dan penduduk
perempuan yang masih kanak-kanak dan yang berumur 50 tahun ke atas. Jadi angka
yang dihasilkan sangat kasar. Sedangkan kelebihan dalam penggunaan
ukuran CBR adalah perhitungan ini sederhana, karena hanya memerlukan keterangan
tentang jumlah anak yang dilahirkan dan jumlah penduduk pada pertengahan tahun.
2.
Tingkat Fertilitas Umum (General
Fertility Rate)
Tingkat
fertilitas umum mengandung pengertian sebagai jumlah kelahiran (lahir hidup)
per 1.000 wanita usia produktif (15-49 tahun) pada tahun tertentu. Pada tingkat
fertilitas kasar masih terlalu kasar karena membandingkan jumlah kelahiran
dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Tetapi pada tingkat fertilitas umum
ini pada penyebutnya sudah tidak menggunakan jumlah penduduk pada pertengahan
tahun lagi, tetapi jumlah penduduk wanita pertengahan tahun umur 15-49 tahun.
dimana:
GFR =
Tingkat Fertilitas Umum
B =
Jumlah kelahiran
Pf (15-49) = Jumlah penduduk wanita umur 15-49 tahun
pada pertengahan tahun
K =
Bilangan konstanta yang bernilai 1.000
Kelemahan dari
penggunaan ukuran GFR adalah ukuran ini tidak membedakan kelompok umur,
sehingga wanita yang berumur 40 tahun dianggap mempunyai resiko melahirkan yang
sama besar dengan wanita yang berumur 25 tahun. Namun kelebihan dari penggunaan
ukuran ini ialah ukuran ini cermat daripada CBR karena hanya memasukkan wanita
yang berumur 15-49 tahun atau sebagai penduduk yang “exposed to risk”.
3.
Tingkat Fertilitas menurut Umur (Age
Specific Fertility Rate)
Diantara kelompok
wanita reproduksi (15-49 tahun) terdapat variasi kemampuan melahirkan, karena
itu perlu dihitung tingkat fertilitas wanita pada tiap-tiap kelompok umur.
Dengan mengetahui angka-angka ini dapat pula dilakukan perbandingan fertilitas
antar penduduk dari daerah yang berbeda.
ASFRi = x k
dimana:
ASFRi = Tingkat Fertilitas menurut Umur
Bi = Jumlah kelahiran bayi
pada kelompok umur i
Pfi = Jumlah
wanita kelompok umur i pada pertengahan tahun
k
= Angka konstanta, yaitu
1.000
Berdasarkan
dua kondisi di atas dapatlah disebutkan beberapa masalah (terkait dengan SDM)
sebagai berikut :
1.
Jika fertilitas semakin meningkat maka
akan menjadi beban pemerintah dalam hal penyediaan aspek fisik misalnya
fasilitas kesehatan ketimbang aspek intelektual.
2.
Fertilitas meningkat maka pertumbuhan
penduduk akan semakin meningkat tinggi akibatnya bagi suatu negara berkembang
akan menunjukan korelasi negatif dengan tingkat kesejahteraan penduduknya.
3.
Jika ASFR 20-24 terus meningkat maka
akan berdampak kepada investasi SDM yang semakin menurun.
Adapun kelebihan dari penggunaan ukuran
ASFR antara lain :
1. Ukuran
lebih cermat dari GFR karena sudah membagi penduduk yang “exposed to risk” ke
dalam berbagai kelompok umur.
2. Dengan
ASFR dimungkinkan pembuatan analisa perbedaan fertilitas (current fertility)
menurut berbagai karakteristik wanita.
3. Dengan
ASFR dimungkinkan dilakukannya studi fertilitas menurut kohor.
4. ASFR
ini merupakan dasar untuk perhitungan ukuran fertilitas dan reproduksi
selanjutnya (TFR, GRR, dan NRR).
Namun dalam pengukuran ASFR masih
terdapat beberapa kelemahan diantaranya yaitu:
1. Ukuran
ini membutuhkan data yang terperinci yaitu banyaknya kelahiran untuk tiap
kelompok umur sedangkan data tersebut belum tentu ada di tiap negara/daerah,
terutama negara yang sedang berkembang. Jadi pada kenyataannya sukar sekali
mendapatkan ukuran ASFR.
2. Tidak
menunjukkan ukuran fertilitas untuk keseluruhan wanita umur 15-49 tahun.
4.
Tingkat Fertilitas menurut Urutan
Kelahiran (Birth Order Specific Fertility Rate)
Tingkat
fertilitas menurut urutan kelahiran sangat penting untuk mengukur tinggi
rendahnya fertilitas suatu negara. Kemungkinan seorang istri menambah kelahiran
tergantung pada jumlah anak yang telah dilahirkannya. Seorang istri mungkin
menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak tertentu dan juga
umur anak yang masih hidup.
2.1.3
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Dan Menentukan Fertilitas
Ada
beragam faktor yang mempengaruhi dan menentukan fertilitas baik yang berupa
faktor demografi maupun faktor non-demografi. Yang berupa faktor demografi
diantaranya adalah struktur umur, umur perkawinan, lama perkawinan, paritas,
distrupsi perkawinan dan proporsi yang kawin sedangkan faktor non-demografi
dapat berupa faktor sosial, ekonomi maupun psikologi.
1. Teori Sosiologi tentang Fertilitas (Davis dan
Blake: Variabel Antara)
Kajian tentang fertilitas pada dasarnya
bermula dari disiplin sosiologi. Sebelum disiplin lain membahas secara
sistematis tentang fertilitas, kajian sosiologis tentang fertilitas sudah lebih
dahulu dimulai. Sudah amat lama kependudukan menjadi salah satu sub-bidang
sosiologi. Sebagian besar analisa kependudukan (selain demografi formal)
sesungguhnya merupakan analisis sosiologis. Davis and Blake (1956), Freedman
(1962), Hawthorne (1970) telah mengembangkan berbagai kerangka teoritis tentang
perilaku fertilitas yang pada hakekatnya bersifat sosiologis.
Dalam tulisannya yang berjudul “The
Social structure and fertility: an analytic framework (1956)”2 Kingsley
Davis dan Judith Blake melakukan analisis sosiologis tentang fertilitas. Davis
and Blake mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi fertilitas melalui apa
yang disebut sebagai “variabel antara” (intermediate variables).
Menurut Davis dan Blake faktor-faktor
sosial, ekonomi dan budaya yang mempengaruhi fertilitas akan melalui “variabel
antara”. Ada 11 variabel antara yang mempengaruhi fertilitas, yang
masing-masing dikelompokkan dalam tiga tahap proses reproduksi sebagai berikut:
·
Intermediate Variables Of Fertility
Faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya hubungan kelamin (intercouse variables)
adalah
a.
Faktor-faktor yang mengatur tidak
terjadinya hubungan kelamin:
1.
Umur mulai hubungan kelamin
2.
Selibat permanen: proporsi wanita yang
tidak pernah mengadakan hubungan kelamin
3.
Lamanya masa reproduksi sesudah atau
diantara masa hubangan kelamin:
a)
Bila kehidupan suami istri cerai atau
pisah
b)
Bila kehidupan suami istri nerakhir
karena suami meninggal dunia
b. Faktor-faktor
yang mengatur terjadinya hubungan kelamin
1. Abstinensi
sukarela
2. Berpantang
karena terpaksa (oleh impotensi, sakit, pisah sementara)
3. Frekuensi
hubungan seksual
c. Faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya konsepsi (conception variables):
1. Kesuburan
atau kemandulan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak disengaja
2. Menggunakan
atau tidak menggunakan metode kontrasepsi:
a)
Menggunakan cara-cara mekanik dan
bahan-bahan kimia
b)
Menggunakan cara-cara lain
3. Kesuburan
atau kemandulan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang disengaja
(sterilisasi, subinsisi, obat-obatan dan sebagainya)
d. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kehamilan dan kelahiran (gestation variables)
1. Mortalitas
janin yang disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak disengaja
2. Mortalitas
janin oleh faktor-faktor yang disengaja
Menurut
Davis dan Blake, setiap variabel diatas terdapat pada semua masyarakat.Sebab
masing-masing variabel memiliki pengaruh (nilai) positif dan negatifnya
sendiri-sendiri terhadap fertilitas. Misalnya, jika pengguguran tidak
dipraktekan maka variabel nomor 11 tersebut bernilai positif terhadap
fertilitas. Artinya, fertilitas dapat meningkat karena tidak ada pengguguran.
Dengan demikian ketidak-adaan variabel tersebut juga suatu masyarakat
masing-masing variabel bernilai negatif atau positif maka angka kelahiran yang
sebenarnya tergantung kepada neraca netto dari nilai semua variabel.
2. Ronald Freedman: Variabel
Antara dan Norma Sosial
Menurut Freedman variabel antara yang
mempengaruhi langsung terhadap fertilitas pada dasarnya juga dipengaruhi oleh
norma-norma yang berlaku di suatu masyarakat. Pada akhirnya perilaku fertilitas
seseorang dipengaruhi norma-norma yang ada yaitu norma tentang besarnya
keluarga dan norma tentang variabel antara itu sendiri. Selanjutnya norma-norma
tentang besarnya keluarga dan variabel antara di pengaruhi oleh tingkat
mortalitas dan struktur sosial ekonomi yang ada di masyarakat.
Menurut Freedman intermediate
variables yang dikemukakan Davis-Blake menjadi variabel antara yang
menghubungkan antara “norma-norma fertilitas” yang sudah mapan diterima
masyarakat dengan jumlah anak yang dimiliki (outcome). Ia mengemukakan bahwa
“norma fertilitas” yang sudah mapan diterima oleh masyarakat dapat sesuai
dengan fertilitas yang dinginkan seseorang. Selain itu, norma sosial dianggap
sebagai faktor yang dominan. Secara umum Freedman mengatakan bahwa:
“Salah
satu prinsip dasar sosiologi adalah bahwa bila para anggota suatu masyarakat
menghadapi suatu masalah umum yang timbul berkali-kali dan membawa konsekuensi
sosial yang penting, mereka cenderung menciptakan suatu cara penyelesaian
normatif terhadap masalah tersebut. Cara penyelesaian ini merupakan serangkaian
aturan tentang bertingkah laku dalam suatu situasi tertentu, menjadi sebagian
dari kebudayaannya dan masyarakat mengindoktrinasikan kepada para anggotanya
untuk menyesuaikan diri dengan norma tersebut baik melalui ganjaran (rewards)
maupun hukuman (penalty) yang implisit dan eksplisit. ... Karena jumlah anak
yang akan dimiliki oleh sepasang suami isteri itu merupakan masalah yang sangat
universal dan penting bagi setiap masyarakat, maka akan terdapat suatu
penyimpangan sosiologis apabila tidak diciptakan budaya penyelesaian yang
normatif untuk mengatasi masalah ini”
Jadi norma merupakan “resep” untuk
membimbing serangkaian tingkah laku tertentu pada berbagai situasi yang sama.
Norma merupakan unsur kunci dalam teori sosiologi tentang fertilitas. Dalam
artikelnya yang berjudul “Theories of fertility decline: a reappraisal”
(1979).
Freedman juga mengemukakan bahwa tingkat
fertilitas yang cenderung terus menurun di beberapa negara pada dasarnya bukan
semata-mata akibat variabel-variabel pembangunan makro seperti urbanisasi dan
industrialisasi sebagaimana dikemukakan oleh model transisi demografi klasik
tetapi berubahnya motivasi fertilitas akibat bertambahnya penduduk yang melek
huruf serta berkembangnya jaringan-jaringan komunikasi dan transportasi.
Menurut Freedman, tingginya tingkat
modernisasi tipe Barat bukan merupakan syarat yang penting terjadinya penurunan
fertilitas. Pernyataan yang paling ekstrim dari suatu teori sosiologi tentang
fertilitas sudah dikemukakan oleh Judith Blake. Ia berpendapat bahwa “masalah
ekonomi adalah masalah sekunder bukan masalah normatif”; jika kaum miskin
mempunyai anak lebih banyak daripada kaum kaya, hal ini disebabkan karena kaum
miskin lebih kuat dipengaruhi oleh norma-norma pro-natalis daripada kaum kaya.
3. Teori Ekonomi tentang Fertilitas
Pandangan bahwa faktor-faktor ekonomi
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap fertilitas bukanlah suatu hal yang baru.
Dasar pemikiran utama dari teori ‘transisi demografis’ yang sudah terkenal luas
adalah bahwa sejalan dengan diadakannya pembangunan sosial-ekonomi, maka
fertilitas lebih merupakan suatu proses ekonomis dari pada proses biologis.
Berbagai metode pengendalian fertilitas
seperti penundaan perkawinan, senggama terputus dan kontrasepsi dapat digunakan
oleh pasangan suami istri yang tidak menginginkan mempunyai keluarga besar,
dengan anggapan bahwa mempunyai banyak anak berarti memikul beban ekonomis dan
menghambat peningkatan kesejahteraan sosial dan material. Bahkan sejak awal
pertengahan abad ini, sudah diterima secara umum bahwa hal inilah yang
menyebabkan penurunan fertilitas di Eropa Barat dan Utara dalam abad 19.
Leibenstein dapat dikatakan sebagai peletak dasar dari apa yang dikenal dengan
“teori ekonomi tentang fertilitas”. Menurut Leibenstein tujuan teori ekonomi
fertilitas adalah:
“untuk
merumuskan suatu teori yang menjelaskan faktor-faktor yang menentukan jumlah
kelahiran anak yang dinginkan per keluarga. Tentunya, besarnya juga tergantung
pada berapa banyak kelahiran yang dapat bertahan hidup (survive). Tekanan yang
utama adalah bahwa cara bertingkah laku itu sesuai dengan yang dikehendaki
apabila orang melaksanakan perhitungan-perhitungan kasar mengenai jumlah
kelahiran anak yang dinginkannya. Dan perhitungan perhitungan yang demikian ini
tergantung pada keseimbangan antara kepuasan atau kegunaan (utility) yang
diperoleh dari biaya tambahan kelahiran anak, baik berupa uang maupun psikis.
Ada tiga macam tipe kegunaan yaitu (a) kegunaan yang diperoleh dari anak
sebagai suatu ‘barang konsumsi’ misalnya sebagai sumber hiburan bagi orang tua;
(b) kegunaan yang diperoleh dari anak sebagai suatu sarana produksi, yakni,
dalam beberapa hal tertentu anak diharapkan untuk melakukan suatu pekerjaan
tertentu dan menambah pendapatan keluarga; dan (c) kegunaan yang diperoleh dari
anak sebagai sumber ketentraman, baik pada hari tua maupun sebaliknya”.
Menurut Leibenstein anak dilihat dari
dua aspek yaitu aspek kegunaannya (utility) dan aspek biaya (cost).
Kegunaannya adalah memberikan kepuasaan, dapat memberikan balas jasa ekonomi
atau membantu dalam kegiatan berproduksi serta merupakan sumber yang dapat
menghidupi orang tua di masa depan. Sedangkan pengeluaran untuk membesarkan
anak adalah biaya dari mempunyai anak tersebut. Biaya memiliki tambahan
seoarang anak dapat dibedakan atas biaya langsung dan biaya tidak langsung.
Yang dimaksud biaya langsung adalah biaya yang dikeluarkan dalam memelihara
anak seperti memenuhi kebutuhan sandang dan pangan anak sampai ia dapat berdiri
sendiri. Yang dimaksud biaya tidak langsung adalah kesempatan yang hilang
karena adanya tambahan seoarang anak. Misalnya, seoarang ibu tidak dapat
bekerja lagi karena harus merawat anak, kehilangan penghasilan selama masa
hamil, atau berkurangnya mobilitas orang tua yang mempunyai tanggungan keluarga
besar (Leibenstein, 1958).
Menurut Leibenstein, apabila ada
kenaikan pendapatan maka aspirasi orang tua akan berubah. Orang tua
menginginkan anak dengan kualitas yang baik. Ini berarti biayanya naik.
Pengembangan lebih lanjut tentang ekonomi fertiitas dilakukan oleh Gary S.
Becker dengan artikelnya yang cukup terkenal yaitu “An Economic Analysis of
Fertility”.
Menurut Becker anak dari sisi ekonomi
pada dasarnya dapat dianggap sebagai barang konsumsi (a consumption good,
consumer’s durable) yang memberikan suatu kepuasan (utility)
tertentu bagi orang tua. Bagi banyak orang tua, anak merupakan sumber
pendapatan dan kepuasan (satisfaction). Secara ekonomi fertilitas
dipengaruhi oleh pendapatan keluarga, biaya memiliki anak dan selera.
Meningkatnya pendapatan (income) dapat meningkatkan permintaan terhadap
anak.
Karya Becker kemudian berkembang terus
antara lain dengan terbitanya buku A Treatise on the Family.
Perkembangan selanjutnya analisis ekonomi fertilitas tersebut kemudian
membentuk teori baru yang disebut sebagai ekonomi rumah tangga (household
economics). Analisis ekonomi fertilitas yang dilakukan oleh Becker kemudian
diikuti pula oleh beberapa ahli lain seperti Paul T. Schultz, Mark Nerlove,
Robert J. Willis dan sebagainya. Dalam tulisannya yang berjudul Economic
growth and population: Perspective of the new home economics6 Nerlove
mengemukakan:
“Ekonomi
rumah tangga terdiri dari empat unsur utama, yaitu (a) suatu fungsi kegunaan.
Yang dimaksud kegunaan disini bukanlah dalam arti komoditi fisik melainkan
berbagai kepuasan yang dihasilkan rumah tangga; (b) suatu teknologi produksi
rumah tangga; (c) suatu lingkungan pasar tenaga kerja yang menyediakan sarana
untuk merubah sumber-sumber daya rumah tangga menjadi komoditi pasar; dan (d)
sejumlah keterbatasan sumber-sumber daya rumah tangga yang terdiri dari harta
warisan dan waktu yang tersedia bagi setiap anggota rumah tangga untuk
melakukan produksi rumah tangga dan kegiatankegiatan pasar. Waktu yang tersedia
dapat berbeda-beda kualitasnya, dan dalam hal ini tentunya termasuk juga
sumberdaya manusia (human capital) yang diwariskan dan investasi sumberdaya
manusia dilakukan oleh suatu generasi baik untuk kepentingan tingkah laku
generasi-generasi yang akan datang maupun untuk kepentingan tingkah laku sendiri”
Dalam analisis ekonomi fertilitas
dibahas mengapa permintaan akan anak berkurang bila pendapatan meningkat; yakni
apa yang menyebabkan harga pelayanan anak berkaitan dengan pelayanan komoditi
lainnya meningkat jika pendapatan meningkat?
New household economics berpendapat
bahwa (a) orang tua mulai lebih menyukai anak-anak yang berkualitas lebih
tinggi dalam jumlah yang hanya sedikit sehingga “harga beli” meningkat; (b)
bila pendapatan dan pendidikan meningkat maka semakin banyak waktu (khususnya
waktu ibu) yang digunakan untuk merawat anak. Jadi anak menjadi lebih mahal.
Di dalam setiap kasus, semua pendekatan
ekonomi melihat fertilitas sebagai hasil dari suatu keputusan rasional yang
didasarkan atas usaha untuk memaksimalkan fungsi utility ekonomis yang
cukup rumit yang tergantung pada biaya langsung dan tidak langsung,
keterbatasan sumberdaya, selera. Topik-topik yang dibahas dalam ekonomi
fertilitas antara berkaitan dengan pilihan-pilihan ekonomi seseorang dalam
menentukan fertilitas (jumlah dan kualitas anak). Pertimbangan ekonomi dalam
menentukan fertilitas terkait dengan income, biaya (langsung maupun
tidak langsung), selera, modernisasi dan sebagainya.
Sejalan dengan apa yang telah
dikemukakan Becker, Bulato menulis tentang konsep demand for children and
supply of children. Konsep demand for children dan supply of
children dikemukakan dalam kaitan menganalisis economic determinan
factors dari fertilitas. Bulatao mengartikan konsep demand for children sebagai
jumlah anak yang dinginkan. Termasuk dalam pengertian jumlah adalah jenis
kelamin anak, kualitas, waktu memliki anak dan sebagainya.
Konsep demand for children diukur
melalui pertanyaan survey tentang “jumlah keluarga yang ideal atau diharapkan
atau diinginkan”. Pertanyaannya, apakah konsep demand for children berlaku
di negara berkembang. Apakah pasangan di negara berkembang dapat
memformulasikan jumlah anak yang dinginkan? Menurut Bulato, jika pasangan tidak
dapat memformulasikan jumlah anak yang dinginkan secara tegas maka digunakan
konsep latent demand dimana jumlah anak yang dinginkan akan disebut oleh
pasangan ketika mereka ditanya.
Menurut Bulatao, modernisasi berpengaruh
terhadap demand for children dalam kaitan membuat latent demand menjadi
efektif. Menurut Bulatao, demand for children dipengaruhi (determined)
oleh berbagai faktor seperti biaya anak, pendapatan keluarga dan selera. Dalam
artikel tersebut Bulato membahas masing-masing faktor tersebut (biaya anak,
pendapatan, selera) secara lebih detail. Termasuk didalamnya dibahas apakah anak
bagi keluarga di negara berkembang merupakan “net supplier “ atau tidak. Sedang
supply of children diartikan sebagai banyaknya anak yang bertahan hidup
dari suatu pasangan jika mereka tidak berpisah/cerai pada suatu batas tertentu.
Supply tergantung pada banyaknya kelahiran dan kesempatan untuk bertahan hidup.
Supply of children berkaitan dengan konsep kelahiran alami (natural
fertility).
Menurut Bongart dan Menken fertilitas
alami dapat diidentifikasi melalui lima hal utama, yaitu:
a. Ketidak-suburan
setelah melahirkan (postpartum infecundibality)
b. Waktu
menunggu untuk konsepsi (waiting time to conception)
c. Kematian
dalam kandungan (intraurine mortality)
d. Sterilisasi
permanen (permanent sterility)
e. Memasuki
masa reproduksi (entry into reproductive span)
Analisis ekonomi tentang fertilitas juga
dikemukakan oleh Richard A. Easterlin. Menurut Easterlin permintaan akan anak
sebagian ditentukan oleh karakteristik latar belakang individu seperti agama,
pendidikan, tempat tinggal, jenis/tipe keluarga dan sebagainya. Setiap keluarga
mempunyai norma-norma dan sikap fertilitas yang dilatarbelakangi oleh
karakteristik diatas. Easterlin juga mengemukakan perlunya menambah seperangkat
determinan ketiga (disamping dua determinan lainnya: permintaan anak dan biaya
regulasi fertilitas) yaitu mengenai pembentukan kemampuan potensial dari anak.
Hal ini pada gilirannya tergantung pada fertilitas alami (natural fertility)
dan kemungkinan seorang bayi dapat tetap hidup hingga dewasa.
Fertilitas alami sebagian tergantung
pada faktor-faktor fisiologis atau biologis, dan sebagian lainnya tergantung
pada praktek-praktek budaya. Apabila pendapatan meningkat maka terjadilah
perubahan “suplai” anak karena perbaikan gizi, kesehatan dan faktor-faktor
biologis lainnya. Demikian pula perubahan permintaan disebabkan oleh perubahan
pendapatan, harga dan “selera”. Pada suatu saat tertentu, kemampuan suplai
dalam suatu masyarakat bisa melebihi permintaan atau sebaliknya.
Easterlin berpendapat bahwa bagi
negara-negara berpendapatan rendah permintaan mungkin bisa sangat tinggi tetapi
suplainya rendah, karena terdapat pengekangan biologis terhadap kesuburan. Hal
ini menimbulkan suatu permintaan “berlebihan” (excess demand) dan juga
menimbulkan sejumlah besar orang yang benar-benar tidak menjalankan praktek-praktek
pembatasan keluarga. Di pihak lain, pada tingkat pendapatan yang tinggi,
permintaan adalah rendah sedangkan kemampuan suplainya tinggi, maka akan
menimbulkan suplai “berlebihan” (over supply) dan meluasnya praktek
keluarga berencana. John C. Caldwell juga melakukan analisis fertilitas dengan
pendekatan ekonomi sosiologis.
Tesis fundamentalnya adalah bahwa
tingkah laku fertilitas dalam masyarakat pra-tradisional dan pasca-transisional
itu dilihat dari segi ekonomi bersifat rasional dalam kaitannya dengan tujuan
ekonomi yang telah ditetapkan dalam masyarakat, dan dalam arti luas dipengaruhi
juga oleh faktor-faktor biologis dan psikologis.
Teori Caldwell menekankan pada
pentingnya peranan keluarga dalam arus kekayaan netto (net wealth flows)
antar generasi dan juga perbedaan yang tajam pada regim demografis pra-transisi
dan pasca-transisi. Caldwell mengatakan bahwa “sifat hubungan ekonomi dalam
keluarga” menentukan kestabilan atau ketidak-stabilan penduduk. Jadi
pendekatannya lebih menekankan pada dikenakannya tingkah laku fertilitas
terhadap individu (atau keluarga inti) oleh suatu kelompok keluarga yang lebih
besar (bahkan yang tidak sedaerah) dari pada oleh “norma-norma” yang sudah
diterima masyarakat. Seperti diamati oleh
Caldwell, didalam keluarga selalu terdapat tingkat eksploitasi yang besar oleh
suatu kelompok (atau generasi) terhadap kelompok atau generasi lainnya,
sehingga jarang dilakukan usaha pemaksimalan manfaat individu. Selain teori
yang disajikan dalam tulisan ini masih banyak teori lain yang membahas
fertilitas. Namun karena keterbatasan tempat tidak semua teori fertilitas dapat
disajikan dalam tulisan ini.
2.2
Mortalitas
2.2.1 Pengertian Mortalitas
Menurut PBB dan
WHO, kematian adalah hilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen yang
bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Still birth dan keguguran
tidak termasuk dalam pengertian kematian. Perubahan jumlah kematian (naik
turunnya) di tiap daerah tidaklah sama, tergantung pada berbagai macam faktor
keadaan. Besar kecilnya tingkat kematian ini dapat merupakan petunjuk atau
indikator bagi tingkat kesehatan dan tingkat kehidupan penduduk di suatu
wilayah.
Konsep-konsep
lain yang terkait dengan pengertian mortalitas adalah:
1.
Neo-natal death adalah kematian yang
terjadi pada bayi yang belum berumur satu bulan.
2.
Lahir mati (still birth) atau yang
sering disebut kematian janin (fetal death) adalah kematian sebelum
dikeluarkannya secara lengkap bayi dari ibunya pada saat dilahurkan tanpa melihat
lamanya dalam kandungan.
3.
Post neo-natal adalah kematian anak yang
berumur antara satu bulan sampai dengan kurang dari satu tahun.
4.
Infant death (kematian bayi) adalah
kematian anak sebelum mencapai umur satu tahun.
2.2.2
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Mortalitas
1. Pendidikan
Terdapat
hubungan negatif antara tingkat pendidikan ibu dan kematian anak, tetapi tinggi
rendahnya pendidikan yang dibutuhkan untuk menurunkan mortalitas secara berarti
berbeda-beda dari satu budaya ke budaya lain.
Pendidikan
memberi kepercayaan diri kepada wanita untuk mengambil keputusan atas tanggung
jawab wanita itu sendiri. Dalam hal ini ada 3 faktor yaitu :
a.
Berkurangnya fatalisme dalam menghadapi
kesehatan buruk yang menimpa anak.
b.
Kesanggupan yang lebih besar untuk
menguasai dunia dalam mengetahui adanya fasilitas kesehatan.
c.
Perubahan perimbangan tradisional dalam
hubungan keluarga yang mengalihkan titik berat kekuasaan dari sesepuh kepada
anak.
Analalisis
khusus mengelompokkan ibu-ibu yang bisa baca tulis , serta yang mengikuti
sekolah baik formal maupun non formal terdapat angka kematian yang berbeda.
2. Pendapatan
Pendapatan sangat penting dalam kaitannya dengan
membayar pengeluaran untuk kesehatan faktor pendapatan atau ekonomi,
pendidikan, pekerjaan dan kondisi rumah saling berhubungan dalam mempengaruhi
kematian bayi/anak.
Apabila salah satu indikator sosial ekonomi
dihubungkan dengan tingkat kematian bayi dan anak, ternyata terdapat hubungan
yang negatif.
3. Kesehatan
Kesehatan berhubungan negatif terhadap angka
kematian bayi, salah satu upaya yang terus dilakukan adalah pembangunan
kesehatan. Indikator yang digunakan untuk menggambarkan pembangunan dan
fasilitas kesehatan adalah rasio tenaga medis dan para medis, terhadap jumlah
penduduk.
4. Faktor
Demografi
Yang dipilih adalah tingkat kelahiran, yaitu tingkat
fertilitas total (TFR). Apabila tertilitasnya rendah maka mortalitasnya juga
akan rendah. Hubungan posifit antara mortalitas bayi dan fertilitas ini timbal
balik, keberhasilan menurunkan salah satu faktor diantaranya akan mengakibatkan
penurunan variabel lain.
2.2.3
Cara Mengukur Kematian
1.
Crude Death Rate (CDR)
Tingkat kematian kasar atau CDR adalah jumlah
kematian penduduk tiap 1000 orang dalam waktu setahun.
Rumus:
CDR=D/Px1.000
Keterangan
:
D=jumlah seluruh kematian
P=jumlah penduduk pada pertengahan tahun
1.000=bilangan konstanta
D=jumlah seluruh kematian
P=jumlah penduduk pada pertengahan tahun
1.000=bilangan konstanta
Tingkat kematian ini dapat digolongkan dalam
kriteria sebagai berikut:
a. >18
Tinggi
b. 14-18
Sedang
c. 9-13
Rendah
2.
Age Spesific Death Rate (ASDR)
Tingkat kematian menurut kelompok umur tertentu atau
ASDR adalah banyaknya kematian yang terjadi pada penduduk dalam kelompok umur
tertentu per 1000 penduduk.
Rumus:
ASDR=Di/Pix1000
Keterangan:
Bi = banyaknya kematian dalam kelompok umur tertentu
selama setahun
Pfi = banyaknya penduduk dalam kelompok umur
tertentu yang sama pada pertengahan tahun.
1.000=bilangan konstanta
3.
Infant Mortality Rate (IMR)
Tingkat kematian bayi adalah banyaknya kematian bayi
(sebelum umur satu tahun) yang terjadi pada kelahiran per 1000 bayi. Merupakan
cara pengukuran yang dipergunakan khusus untuk menentukan tingkat kematian bayi.
IMR biasanya dijadikan indikator dalam pengukuran kesejahteraan penduduk.
Rumus:
IMR=Db/Pbx1.000
Keterangan
:
D = jumlah kematian bayi sebelum umur satu tahun
D = jumlah kematian bayi sebelum umur satu tahun
P
= jumlah kelahiran hidup dalam waktu yang sama
Kriteria penggolongan tingkat kematian bayi:
a. >125
Sangat Tinggi
b. 75-125
Tinggi
c. 35-75
Sedang
d. <35
Rendah
Bila tingkat kelahiran kasar sama dengan tingkat
kematian kasar akan tercapai pertambahan penduduk sebesar 0 % atau zero
population growth. Yang berarti keadaan kependudukan di daerah tersebut tercapai
sebuah keseimbangan.
2.3
Migrasi
2.3.1 Pengertian Migrasi
Migrasi merupakan bagian dari mobilitas penduduk.
Mobilitas penduduk adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah
lain. Mobilitas penduduk ada yang bersifat nonpermanen (sementara) misalnya
turisme baik nasional maupun internasional, dan ada pula mobilitas penduduk
permanen (menetap). Mobilitas penduduk permanen disebut migrasi. Migrasi adalah
perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain dengan melewati batas
negara atau batas administrasi dengan tujuan untuk menetap.
2.3.2
Jenis-Jenis Migrasi
Migrasi dapat terjadi di dalam satu negara maupun
antarnegara. Berdasarkan hal tersebut, migrasi dapat dibagi atas dua golongan
yaitu :
1.
Migrasi
Internasional, yaitu perpindahan penduduk dari suatu negara ke
negara lainnya. Migrasi internasional dapat dibedakan atas tiga macam yaitu :
a. Imigrasi,
yaitu masuknya penduduk dari suatu negara ke negara lain dengan tujuan menetap.
Orang yang melakukan imigrasi disebut imigran.
b. Emigrasi,
yaitu keluarnya penduduk dari suatu negara ke negara lain. Orang yang melakukan
emigrasi disebut emigran.
c. Remigrasi
atau repatriasi, yaitu kembalinya imigran ke negara asalnya
2.
Migrasi
Nasional atau Internal, yaitu perpindahan penduduk di dalam
satu negara. Migrasi nasional /internal terdiri atas beberapa jenis, yaitu
sebagai berikut :
a. Urbanisasi,
yaitu perpindahan dari desa ke kota dengan tujuan menetap. Terjadinya
urbanisasi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut :
a)
Ingin mencari pekerjaan, karena di kota
lebih banyak lapangan kerja dan upahnya tinggi.
b)
Ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi.
c)
Ingin mencari pengalaman di kota.
d) Ingin
lebih banyak mendapatkan hiburan dan sebagainya.
b. Transmigrasi,
yaitu perpindahan penduduk dari pulau yang padat penduduk ke pulau yang jarang
penduduknya di dalam wilayah republik Indonesia. Transmigrasi pertama kali
dilakukan di Indonesia pada tahun 1905 oleh pemerintah Belanda yang dikenal
dengan nama kolonisasi. Berdasarkan pelaksanaannya, transmigrasi di Indonesia
dapat dibedakan atas :
a)
Transmigrasi Umum, yaitu transmigrasi
yang dilaksanakan dan dibiayai oleh pemerintah.
b)
Transmigrasi Khusus, yaitu transmigrasi
yang dilaksanakan degan tujuan tertentu, seperti penduduk yang terkena bencana
alam dan daerah yang terkena pembangunan proyek.
c)
Transmigrasi Spontan (swakarsa), yaitu
transmigrasi yang dilakukan oleh seseorang atas kemauan dan biaya sendiri.
d) Transmigrasi
Lokal, yaitu transmigrasi dari suatu daerah ke daerah yang lain dalam propinsi
atau pulau yang sama.
c. Ruralisasi,
yaitu perpindahan penduduk dari kota ke desa dengan tujuan menetap. Ruralisasi
merupakan kebalikan dari urbanisasi.
Selain jenis migrasi yang disebutkan di atas,
terdapat jenis migrasi yang disebut evakuasi. Evakuasi adalah perpindahan
penduduk yang yang terjadi karena adanya ancaman akibat bahaya perang, bencana
alam dan sebagainya. Evakuasi dapat bersifat nasional maupun internasional.
2.3.3
Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya
Migrasi
Secara umum faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
migrasi, adalah sebagai berikut :
1.
Faktor ekonomi, yaitu ingin mencari
kehidupan yang lebih baik di tempat yang baru.
2.
Faktor keselamatan, yaitu ingin
menyelamatkan diri dari bencana alam seperti tanah longsor, gempa bumi, banjir,
gunung meletus dan bencana alam lainnya.
3.
Faktor keamanan, yaitu migrasi yang
terjadi akibat adanya gangguan keamanan seperti peperangan, dan konflik antar
kelompok.
4.
Faktor politik, yaitu migrasi yang
terjadi oleh adanya perbedaan politik di antara warga masyarakat seperti RRC
dan Uni Soviet (Rusia) yang berfaham komunis.
5.
Faktor agama, yaitu migrasi yang terjadi
karena perbedaan agama, misalnya terjadi antara Pakistan dan India setelah
memperoleh kemerdekaan dari Inggris.
6.
Faktor kepentingan pembangunan, yaitu
migrasi yang terjadi karena daerahnya terkena proyek pembangunan seperti
pembangunan bendungan untuk irigasi dan PLTA.
7.
Faktor pendidikan, yaitu migrasi yang
terjadi karena ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
BAB
III
SIMPULAN
Fertilitas
merupakan kemampuan berproduksi yang sebenarnya dari penduduk (actual
reproduction performance). Atau jumlah kelahiran hidup yang dimiliki oleh
seorang atau sekelompok perempuan. Kelahiran yang dimaksud disini hanya
mencakup kelahiran hidup, jadi bayi yang dilahirkan menunjukan tanda-tanda
hidup meskipun hanya sebentar dan terlepas dari lamanya bayi itu dikandung.
Istilah fertilitias sering disebut dengan kelahiran
hidup (live birth), yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang wanita
dengan adanya tanda-tanda kehidupan, seperti bernapas, berteriak, bergerak,
jantung berdenyut dan lain sebagainya. Sedangkan paritas merupakan jumlah anak
yang telah dipunyai oleh wanita. Apabila waktu lahir tidak ada tanda-tanda
kehidupan, maka disebut dengan lahir mati (still live) yang di dalam
demografi tidak dianggap sebagai suatu peristiwa kelahiran.
Menurut PBB dan WHO, kematian adalah hilangnya semua
tanda-tanda kehidupan secara permanen yang bisa terjadi setiap saat setelah
kelahiran hidup. Still birth dan keguguran tidak termasuk dalam pengertian
kematian. Perubahan jumlah kematian (naik turunnya) di tiap daerah tidaklah
sama, tergantung pada berbagai macam faktor keadaan. Besar kecilnya tingkat
kematian ini dapat merupakan petunjuk atau indikator bagi tingkat kesehatan dan
tingkat kehidupan penduduk di suatu wilayah.
Migrasi merupakan
bagian dari mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk adalah perpindahan penduduk
dari suatu daerah ke daerah lain. Mobilitas penduduk ada yang bersifat
nonpermanen (sementara) misalnya turisme baik nasional maupun internasional,
dan ada pula mobilitas penduduk permanen (menetap). Mobilitas penduduk permanen
disebut migrasi. Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke
tempat lain dengan melewati batas negara atau batas administrasi dengan tujuan
untuk menetap.
DAFTAR
PUSTAKA
http://www.edukasi.net/index.php?mod=script&cmd=Bahan%20Belajar/Materi%20Pokok/view&id=80&uniq=892.
Diakses pada tanggal 12 Mei 2012. Pukul 10.00 WIB.
budaya apa yang mempengaruhi kematian???
BalasHapusTahukah anda bahwa hewan laut bernama teripang emas ternyata memiliki banyak khasiat dan manfaat bagi kesehatan diantaranya adalah mampu dijadikan Obat Infeksi Pencernaan, Obat Bopeng, Obat Keloid, Obat Infeksi Paru paru, Obat Kusta Alami hal tersebut bukan tanpa bukti melainkan telah banyak orang yang meraskan khasiat dan manfaat luar biasanya.
BalasHapus
BalasHapusThe information is very useful, after I read everything is easy to understand ... in update continue !!
Pengobatan Alternatif Kista Ovarium
Apakah Kista Ovarium Harus Di Operasi
Gejala Awal Penyakit Kista Ovarium
Makanan Yang Tidak Boleh Dimakan Penderita Kista Ovarium
Makanan Yang Baik Untuk Penderita Kista Ovarium
Apakah Penderita Kista Ovarium Masih Bisa Hamil
BalasHapusThe article is good, my information becomes increasing, in the update continue the article to be able to listen to other information ..
Pengobatan Alternatif Kista Bartholin
Cara Mengobati Kista Bartholin Dengan Daun Sirsak
Apakah Kista Bartholin Dapat Mengganggu Kehamilan
Nama Antibiotik Untuk Kista Bartholin
Perawatan Luka Pasca Operasi Kista Bartholin
Biaya Operasi Kista Bartholin
Apakah Kista Bartholin Harus Di Operasi
Obat Kista Bartholin Agar Cepat Pecah
Ciri Ciri Penyakit Kista Bartholin
Happy saturday, God Bless You
BalasHapusWalatra Lycopene Softgel
Happy weekend Tanaman Obat Untuk Mengatasi Nyeri Sendi
BalasHapusSo far so good
BalasHapusWalatra Spirulina Kapsul Original
Happy Monday
BalasHapusBuah Penurun Kadar Gula Darah Tinggi Paling Cepat
Hope to be better luck
BalasHapusObat Luka Diabetes Paling Murah 2018
Hopefully it can run smoothly as it should
BalasHapusObat Tradisional Penghilang Benjolan Di Pipi
Articles that are very useful for the lesson
BalasHapusObat Penyakit Lambung Murah Berkualitas
Terimakasih, informasinya cukup menarik untuk di simak
BalasHapusCara Mengobati Sinusitis Dengan Air Garam
Gejala Sinusitis
Cara Mengobati Sinusitis Dengan Minyak Kayu Putih
Bahaya Komplikasi Akibat Sinusitis
3 Cara Alami Untuk Mengobati Sinusitis
Tanda & Gejala Sinusitis Pada Anak
cara mengatasi nyeri haid
BalasHapusIt's great to be able to share information with you
BalasHapustanaman obat tradisional radang rahim
manfaat jahe untuk infeksi usus besar
gejala dan komplikasi infeksi lambung
I got a page from my friend, thank you for the very useful information.
BalasHapuspantangan makanan penderita infeksi ginjal
makanan yang baik untuk penderita infeksi ginjal
Thank you for allowing me to share information in your article.
BalasHapusCara Mengobati Infeksi Ginjal Secara Alami
I really like your information.
BalasHapusUmpan Jitu Ikan Lele Harian Malam Hari
The article you created is very helpful. thanks
BalasHapusEssen Ikan Nila Babon
Thank you for the information you convey is very useful.
BalasHapusUmpan Ikan Patin Kolam Air Keruh
Wowww ... he article that you created is very inspiring.
BalasHapusTips Jitu Memilih Spot Mancing Ikan Patin
the article that you created is very useful.
BalasHapusEssen Oplosan Ikan Patin Terbaru
Thank you for the information submitted :)
BalasHapusUmpan Ikan Lele Media Tempe Busuk
Thank you for this very beneficial collaboration.
BalasHapusEssen Ikan Tawes Getah Katilayu
Nilem fishing is very fun. Visit our website :)
BalasHapusEssen Ikan Nilem Kilo Gebrus